Profil Admin

Foto Saya
MH Choeruddin
banyak kekurangan dalam diriku... maukah kau menutupi kekuranganku?? -wu-
Lihat profil lengkapku

Bersamamu

0 komentar
Cantik, senyummu indah.

Kau pandangi aku yang terdiam.
Melukis kisah yang inginku lalui.
Tuk hari  esok, besamamu.


18/09/11

Pangeran Kecil #3

0 komentar
Sejenak hening,
Diantara  bising jalanan berdebu,
Terpejam, menatap panorama nun asri,
Jauh dari ruang kecil ini,
hawa dingin yang lembut menyentuh ari,
uap nafas yang tercetakjelas di dedaunan,
bunga yang tergoda rayu kupu-kupu,
opera burung yang menakjubkan,
indah.

Detik berganti,
Khayal itu hilang, sosok adam menggantinya,
Wajah yang bercahaya bagai tersiram sinar rembulan,
Senyumnya yang bersahabat,
Sorot matanya yang tajam,
Diakah Pangeran Kecilku selanjutnya?
Saudaraku yang kan berdampingan bersamaku,
Dalam kisah indah tak berperih. :')


31/07/11
12:25

Sesaat yang lalu

0 komentar
Melihatmu..
Menit pertama, membuatku jengkel
Menit kedua, membuatku tersenyum
Menit ketiga, membuatku sedih
Menit selanjutnya.. ah, entahlah.
Aku tak mau melanjutkannya

Tadi, saat diantara kita tak ada jarak
Ingin rasanya ku genggam jemarimu
Memelukmu erat
Hingga ku tumpahkan semua air yang mulai tumbuh di sudut mata ini

Kini, saat ada jarak diantara kita
Ku hanya bisa memandang
Dan berpikir "Bodohnya bila ku lakukan apa yang kupikirkan sesaat yang lalu. Apa yang akan dia pikirkan bila ku lakukan itu?"


01:13
17/8/11

Bohong

0 komentar
Ku tatap langit, membisu
Apa ia tahu akan kemunafikanku?

Di bawah terang bulan 17, para anak adam bermain bola sepak
Penuh keceriaan, seakan tak pernah ada cerita duka
Riuh rendah dentuman dan sorak para pengelana malam


Aku, merasa memegang dusta di telapak ini
Itukah sebabnya hingga aku tak bisa menyusul kedua adam di hadapanku?
Terlelap, mereka bak bayi dalam pangkuan ibunya
Wajah polos mereka terlukis jelas di mata hinaku

Kenapa mesti ada ucapan bohong?
Hanya demi seorang temankah?
Dasar bodoh..


01:00
17/8/11

Comicus24 (Pemilu 2011)

0 komentar

-hRu-
Agustus’2011


Heii... :D ehem..ehemm.. mohon perhatiannya sebentar, Kawan.
Oke, syips. b(^^.)
Helllooo... ketemu lagi ama ane. Kayaknya kalian udah kangen ye ama ane. Hihi *ePeD Makanya sekarang ane hadir tanpa dijemput dan pulang tanpa diantar. Ane, penghuni Comicus24 yang level ke-axis-annya *iklan ada di garda belakang (ceritanya merendah.. haha) *bletaakkk... (salah satu pembaca lempar koin ke kepala)
“Ikhwaw.. biasa aja dong, gak usah lempar koin gitu. Emang ane celengan apa, pake lempar koin ke kepala segala. Huh.”
Nah, daripada ntar lebih banyak koin yang berterbangan ke sana ke mari ke sini ke situ. Lebih baik ane langsung lanjut ada dah ke intinya. Yodah, selamet baca. c*e*k*i*d*o*t  \(^^.)

*************

Semilir angin yang sedari tadi sejuk, kinimulai terasa memanas. Entah mungkin karena terlalu banyak manusia di sini atau mungkin karena aku berada dalam situasi yang sedikit tak nyaman. 3 pasang bola mata ini saling beradu pandang, mengisyaratkan sesuatu, berlanjut mengalir ke bawah, menarik lengkung bibir, tercipta sebuah senyum kecil tak pahit.
“Bang, tadi milih siapa?” tanyaku.
“Milih yang ini, yang di samping,” jawabnya menunjuk salah satu pemilik sepasang bola mata dari 3 pasang bola mata itu.
Si empunyapun sedikit lebih melebarkan senyumnya mendengar pernyataan itu.

*Cerita Sebelumnya*

“Bang, si Mella makin lincah aja sih. Padahal waktu itu kan udah sekarat ya,” ujarku melihat Mella yaang sedang asyik bermain dengan kawan-kawannya yang berbeda ras, suku, dan bangsa.
“Itu... batunya abang pindahin ke tengah, jadi dia gak bisa diem di pojokan itu lagi.”
“Emang si Mella cewek apaan... pake mojok di deket batu segala.”
“Hahaha... yaudahlah, nonton Naruto dulu yuk, Jang!”
Aku menolak ajakannya, aku lebih memilih untuk berdiam di ruang tamu, memerhatikan keempat sahabat yang sedang asyik bermain. Kadang aku tersenyum sendiri melihat mereka, seakan mereka tak pernah punya cerita tak bahagia. Aku sedikit memutar otak sedikit ketika berusaha mengingat kawan-kawan Mella. Nama-nama mereka sering tertukar satu sama lain, itu karena mereka memiliki wajah yang hampir sama. Mirip sangat, kawan!
“Natalie.. Hegar.. Indri.. eh salah. Indri.. Hegar.. Natalie.. eh. Hegar.. Indri.. Nat.. bisa diem gak sih kalian, jangan muter-muter mulu coba! Kesder tau!” batinku.

“Eh, ngomong-ngomong kalian tau gak sih siapa Mella itu, Kawan?” *ngomong ama pembaca
“Aku tau.. aku tau..” jawab salah seorang dari kalian sambil mengacungkan jari... (-_-“) ...tengah.
“Oke. Jadi gak ada yang tau ya..”
“Aku tauuuu.... wooooooyyyy......” bantah anak bagong yang mukanya mulai memerah sapi itu.
“Dikarenakan gak ada yang tau, sekarang ane kasih tau ye...” ^_^
“Woooyyy... gue tau, dodoll! Mella itu kan ikan.. kaan.. kaaaaannnn..... *ceritanya echo ” teriak pake TOA Musholla An-Nur (musholla di tempat ane).
Okeh, Kawan. Karena kawan kita yang terhormat yang ada di sana udah ngasih tau *sinis. Jadi aku gak usah cerita lagi soal si Mella cs itu cuma segerombolan ikan penghuni rumah bercat pink ini. Dan terimakasih ya buat kamu yang udah ngasih tau. Ini ane kirimin tanda terimakasih buatmu, bibeh... ^_^ *ngirim santet

“Berangkat yuk... Narutonya udahan,” ujar Iis ismail mengagetkanku yang sedang khusyuk memandang Mella, Indri, Natalie, dan adiknya Widyana Shelviera (Hegar).
Aku hanya tersenyum kecil yang berarti “mariii”. Ku lihat jam telah menunjukkan pukul 10, itu berarti kami ngaret 1 jam dari jadwal yang telah ditentukan oleh Musyarofah selaku ketua panitia Pemilu Comicus24 yang diadakan hari ini. Yang lebih parah, ritual ngaret inisudah kami rencanakan dari semalam, Kawan. (_ _“) Asli itu usulan Ismail, Kawan. Sueerrr dah... v—
Sesampainya di kampus biru kami tersayang, (-_-“) kami kebingungan mencari TPU kesana kemari, tapi tak kunjung terlihat keberadaannya. Bahkan satu makampun tak terlihat. *whadhezziigh
“Bang, sms gih!” usulku.
“Iya, ini lagi sms.”
“Send all jeh.. nanya ke ane juga? Ckck...” ujarku sambil memandang layar handphone.
“Heheheee...”
Ketika menaiki anak tangga tanpa ayah-ibu yang berdebu menuju lantai 2, suara yang sangat familiar menyergapi telinga kami. Suaranya sangat membahana, bagai gaung dalam gua. Ya, itu suara Meidi Pramudia, orang *ehem yang sebentar lagi lengser dari jabatannya. Seperti yang telah terduga sebelumnya, mereka sudah berkumpul di ruang 2.19. Ruang 2.19, ruang yang akan menjadi salah satu tempat bersejarah bagi kami para penghuni Comicus24.
“Tuh kan, barengan... pacaran dulu yaa...?” sindir Meidi pada kami yang masuk secara bersamaan.
Jujur aku tak candaan dia yang satu ini. *eh *curhatcolongan
“Nur, sepuluh... Ikin, nol... Dady, nol... Ismail, enam... Heru, lima... dan Yopi, tiga... Nah, itu hasil putaran pertamanya. Dari situ kita ambil 3 kandidat dengan poin terbesar,” jelas Musyarofah.
“Yaelah, ada yang milih aku juga,” gumamku.
“Heru, aku dukung kamu!” teriak Dady dari arah belakang.
“Aku dong, dukung Iil... :p” balas Widy.

*Balik ke Cerita Awal*

“Kalo aku milih kamu, Bang. Kamu sih, De?”
“Milih yang di belakang noh!” jawab Nur Muchamad.
Ternyata para kandidatpun tidak memilih dirinya sendiri, melainkan memilih rivalnya sendiri. Kecuali Yopi Rudianto, mungkin. *masihdugaanane Dady memilih aku, aku memilih Ismail, Ismail memilih Nur, Nur memilih Yopi, dan Yopi... heemm.. andaikan memilih Dady, menjadi sebuah rantai deh. Haha
Kini aku, Ismail, dan Nur terpampang di depan ribuan pasang mata. Wajib mengeluarkan beberapa kalimat untuk menjawab pertanyaan maupun untuk mempengaruhi otak-otak mereka agar memilih kami kembali di babak kedua ini. Tetapi kesan yang tercipta dai kami ialah kami lebih merendah diri, mau tak mau, dan seperti pernyataan “jangan pilih aku”. Hahah
“Aku pilih Ujang karena kayaknya Ujang bertanggungjawab, punya...” ujar Astri Fitria Nurani. (Ane lupa kalimat-kalimat apa saja yang keluar darinya juga dari yang lainnya. *he Nah, kali ini nama kamu muncul, Bu’As. ^_^ Walau cuma satu kali. Hahaha)
Kemudian usut punya usut, dari situ aku tahu siapa saja yang memilihku. Yang berkonspirasi memilihku ialah pihak panitia sendiri, Musyarofah dan Lian Yustriatin, kemudian Dady Rukmana, Ikin Sodikin (voting melalui SMS), dan Astri F. Nurani. (eh, dua kali muncul ternyata... haha)
Detak jantung ini terasa kian kencang, getarannya mencapai 5 SR f(-__-“). Aku ditemani 2 orang aneh di samping kananku. Berdiri di atas panggung showcase, bagai 3 personel boyband papan bawah bersiap menari dan menyanyi..
“Haduuuhhh... ceritanya panjang eBeGeT! Males tauk!!!” protes salah satu pembaca.
“Hehehe...piissakh v--. Yodah, langsung ke hasil aje kali yyeee...”
“Monggoooowww...”
Aku dengan jumlah poin 5, Ismail dengan jumlah poin 9, dan Nur dengan jumlah poin 6. Hasil akhir belum bisa ditentukan, Kawan. Karena kami masih menunggu 4 poin lagi melalui SMS.
“Yaelah, kalo keempat-empatnya milih ane, seri dong... -_- ” batinku ePeD.
SMS-SMSpun masuk di handphone salah seorang panitia. Hasilnya 1 poin masuk ke Nur, 1 poin masuk ke Ismail, dan 2 poin tersesat memilihku. Dan itu artinya Iis Ismail-lah yang menjadi kandidat terpilih sebagai Koordinator Mahasiswa kelas 1C, Comicus24, Kawan! *yeyeyeye *tepuktangan
Di ruang 2.19, samping tangga lantai 2, hari ke-6 di bulan Agustus, pukul 12 lewatnya banyak (banyaknya aku tak hafal, tak mencatat, dan tak mencari tahu, Kawan. Kalo ada yang tahu, mohon inputnya ^_^). Terekam sebuah kisah klasik Comicus24 yang mungkin akan abadi bersarang di benakku dan benak mereka para penghuni Comicus24, khususnya Is Ismail. Ada banyak bahagia, ada sedikit sedih, dan ada sedikit capek nulis... *eh
Kawan, di hari cerita itu terukir sebenarnya ada beberapa yang belum ditulis di sini. Hal yang tak ada itu seperti: ribut-ribut masalah rencana buka bersama yang diadakan tanggal 17 tapi jadinya sih tanggal 16, pemilihan kabinet yang baru, dan rencana surprise ulang tahun Nina Ariani Juarna dan Winda Indriani Nurillah. Aku tak memasukkannya karena cerita ini saja sudah memakan 5 halaman A4, apalagi ditambah cerita yang hilang itu. Meleber kemana-mana nantinya. (-___-“) Akhir cerita, “Wassalam.”

“Buat Lulu Kamilah, semoga sukses di sana. Kamu kan tetap kami kenang kok. Dan buat Iis Ismail, semoga masa baktimu sukses, Bang!”

13

0 komentar
HELLOOOO.. . kawan..kawan..

Haha.. baru muncul lagi nih ane.. . :D
Kapan yye terakhir kali ane posting? Hemm.. . -,-
apa? kamu gak tau? masya gitu aja gak tau.. . uh
Tinggal kita liat aje posting sebelumnya tanggal berapa, rempong ddaahh.. . :p

Sekarang tanggal berapa sih? --a #nanyalagi
(jangan timpuk ane yye)
Apa? YA.. kamu bener, kawan!!! \(^^.)
13 agustus! Tepat sekali!!

Nah, berhubung sekarang tanggal 13. Ane mau posting yang berhubungan ama tanggal 13.
"Apaan?"
Apaan yaa.. kasih tau gak yya.. :p
Heemm.. yaudah deh, ane kasih tau.. . hha.
"lagian kalo gak lu kasi tau, lu mau posting apa, bray?"
iye juga si.. hahha

yaudah deuh, langsung aja.. posting yang ada tali temali ama tanggal 13 itu.. .
ulang tahun ane (katanya)!! :D
"loh, bukannya itu mah 13 juli ya? sekarang kan agustus..."
Ane bilang kan 13-nya doang, sob. Gak ada agustusnya. :p *ngeles
Haha.. . iye sih, sebenernya ni posting udah telat.. sangat amat teramat telat sekali duakali tigakali dst. -_-"
tapi, gak ada salahnya kan posting sekarang juga. :D
Di post ini isinya si cuma ucapan-ucapan ulangtahun dari kawan-kawan ane buat ane. (yaiyalah buat ane, masya buat tetangga -_- ). Isinya cuma beberapa sih, gak semua. Sebenarnya sih banyak.. hhaa.
Langsung tancap aja yuk.. Cekidot!!






KhooaammZz. .
(-_-) ZzZz. . .
Malem. .malem. .suruh nganter paket ucapan. .
Hiks. .hiks. .
Nasib. .nasib. .bekerja demi mencari sebakul nasi. .
[prolog]

_beberapa lama kemudian_












Tiba lah d tempat tujuan,nan jauh d sana. .
Mengantarkan paket bersama elf sindang,,

Tingtong. .
Spaadaa. .
Tingtong. .
Smoga panjang umur. .
Tingtong. .
Smoga bnyak rejeki. .
Tingtong. .
Smoga d beri kshatan. .
Tingtong. .
Smoga jadi anak sholeh. .
Tingtong. .tingtong. .tingtong. .tingtong. .tingtong. .tingtong. .tingtong. .tingtong. .tingtong. .
[karna kesel]
Pokoke wish U all the best lah. .
AaAaAaAaAaAaAaAmmmmmmiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnn. . .
[ala arai]


!''''!
(-_-) ni paket'y
<!::l> SELAMAT ULANG TAHUN
./ L.



Akhir'y paket terkirim. .
Dan pegawai pun pulang,


_Tiba tiba d perjalanan_
UppZ. .
Ada apa tuh??
Hah,
Bolu emas berlumur berlian. .
\(*_*)/
Huwah akhir'y aku mendapat harta karun. .

Stiba d tempat asal,
Menerima upah untuk sebakul nasi. .
Ih, ga level layaauu. .
[epilog]
Akhir'y pegawai itu pun menjadi kaya gara" hal td. .
Happy ending. .


Now . .
Saat'y berkencan bersama kudo n pangeran berkuda lagi. . .
(-_-)ZzzZz
[winda]


Takadalagumerduyangbisakunyanyikanuntukmu.Takadabingkisanmanisyangbisakuberiuntukmu.Takadauntai2kataindahyangbisakupersembahkanuntukmu.Takadarangkaianbunga2penuhwarnayangbisakusiapkanuntukmu.karenamemangtakadasesuatuyangspesialyangkupunyasaatini,terkecualideretandoa2sederhana^HappyMilad,Allahyubarikfiikyaaakhi^yangkulantunkanuntukmudidet4k2yangbersejarahdalamhidupmu.
[ofah]


Today is ur happiness.
Happy b'day to U make ur dreams come true, hope U enjoy with what U have now.
Smoga makin dewasa, ndk GJ lagi, tambah pinter.
Pko'a WYATB, Amin.,:-)


- Tiara Jung -
[tiara]


Sorry nih gan, numpang buka lapak... Ane pnya trit bagus bgt... Kalo galiat, rugi... Dijamin ini trit bkn :repost apalagi bb... Pokoknya, dijamin ajib dah...
Jgn lupa, kalo menurut agan2 trit ini lumayan, bisa ksh :cendol deh... :rate5 apalagi... Yg penting jgn ngasih :bata2... -,-
Ini nih, isi tritnya... Cekidot!!!

"Wilujeng milangkala kanggo Mohamad Heru Choeruddin. Pamugi salamina aya dina tangtayungan gusti pangeran anu maha suci. Sareng kacumponan samudaya pangharepanna. Amin..."

Geus kolot, geus tereh kimpoy :p:p
[nur]


Assalamu'alaikum
Happy milad, ujang.
Barakallahu fii umrik :):)
[lian]


wilujeung tepang taun, Heru..
Mugia berkah, sehat, enteng jodo.. :D:D
amin..

oia smlm sy uda tdur, punten nya :D:D
[novi]


Ujang, met ultah yo...
Mga mkin bae ma Abng...
hehehe... :-P:-P
[mail]


Happy birthday to you ..
Happy birthday to you ..
Happy bosday happy bosday happy bosdaaaaay to yuuuu .......

Semoga semoga semoga semoga segalanya tercapai dalam hal apa pun .
Amen ya alloh ya rabb yaa jataaaah :D:D
[widy]


Assalamualaikum
1 msa tlh kau llui,
1 7an tlh kau lwti,
Hngga kni, 1 asa tlh kau trbangkn.
Tp, bkn hny da 1 7an d dnia,
Mlainkn bny 7an mlintang d'hdpanmu.
Mka, raihlh smua 7an yg da d'hdpanmu dgn kykinn d'stiap langkhmu.
Smua asa yg tlh kau terbngkn, akn q iringi dgn doa yg tlus dr lubuk hati..

HAPPY BRITHDAY
I hope you become a good people in your live
[astri]


Mf telat2...
Met Ultah bang Her :-):-)

everything u'r expact will be got in the feature.. Aaammiinn.

D kira teh tgl 14.? :-x
[ikin]


asalamualaikum, heru ini igar, maaf saya ga ada pulsa, selamat ulangtahun ya, semoga panjang umur dan apa yang dicita-citakan dapat terwujud, amin
[igar]



Ru met ulang tahun ya...wish u all the best :):)
[dady]


Happy birthday heyuu...
Wyatb yah...:):)
maaf telat....
[meta]



jaang, met ultah ya..
mav tlat ngucpinny. cz lupa klw kmrn tgl 13. mav ya..
[faujiah]

Nah, itu ucapan-ucapan dari kawan-kawan ane, kawan. Kamu ngucapin gak, hayyyooo.. .?
Gak apa-apa kok gak ngucapin juga, masih ada tahun depan. :D itu juga kalo ane masih ada.. .
Oiya, sebenernya ane tuh masih agak ragu tau ama tanggal 13 juli sebagai tanggal kelahiran ane tuhh.. tapi ya sudahlah. Akui aja. Hahaha.. .
Dengan ini, ane akhiri posting kali ini. salam persahabatan, Kawan!

Khayal

0 komentar
Ciptakan khayal dalam gelap.
Bermain, tertawa, menangis bersamanya.
Karena hanya ia yang bisa.
Semauku, sekehendakku.
tak ada kata "tidak" dari bibir mungilnya.

07:35
08/06/11

Pangeran Kecil #2

0 komentar
Melihat bayangan kaburku.
Di ruang yang jadi saksi segala rahasiaku ini.

Teringat kau, pangeran kecilku.
Teringat saat tersenyum dan tertawa bersama.
Menulis cerita tuk hari tua.

Berharap kini pun kau berhias senyum indahmu.

08:40
11/06/11

Pangeran Kecil #1

0 komentar
Tik..tok..tik..tok..
Denting jam terdengar lantang.
Hening menyambut pergantian hari.

Di luar sana bintang terhampar, tapi tak banyak.
Tapi tetap cantik.

Peri, aku mohon.
Jagalah ia malam ini.
Berilah mimpi indah untuknya.
Berilah cinta untuknya.
Tuk jalani hari esok.
Ku ingin pangeran kecilku selalu tersenyum..

00:11
11/06/11

Pelukan Di Bawah Hujan

0 komentar

-hRu-
Mei’2011


Debu menjadi sahabatku kini. Remang cahaya menggores secuil kulit ariku. Meresap dalam asa yang seakan terkhianati. Aku kesepian, menanti hati yang hendak mewarnaiku. Rajesh Putra Adhyaksa, ukiran di atas kartu mahasiswa berwarna biru tua yang lusuh. Terpampang wajah yang berseri, meski buram. Tapi kala ini wajahku tak berseri. Pikiranku kacau, hanya tertuju pada satu nama dan wajah seseorang. Bertumpuk-tumpuk buku mendendangkan harmoni klasik dari para empu rumus alam. Rasa ini semakin dalam, menggerogoti ruang pikiranku. Remaja labil? Mungkinkah aku masih bisa dikatakan remaja labil? Usiaku hampir menginjak 20 tahun. Setidaknya itu yang tertulis di atas putih.
*******
Ini tahun pertamaku di universitas yang bisa dikatakan termahsyur, setidaknya termahsyur di kota kecil yang telah membesarkanku. Maya Almira, ia satu tingkat denganku, ia seorang gadis yang katanya menjadi salah satu idola semasa SMA-nya. Kami berkenalan di hari pertama kami kuliah. Senyum manis yang terlayangkan dari wajah mungilnya itu membuatku merasa seakan kami telah saling mengenal satu sama lain, di kehidupan yang lalu. Mata sayunya seakan mengajak insan yang menatapnya masuk dalam mimpi para penghuni surga.
“Maya... kamu siapa?” ucapnya seraya menyodorkan lengannya dengan senyuman manis yang semakin menghiasi paras ayunya.
“Rajesh...” jawabku, singkat.
Pertemanan kami lambat laun semakin akrab. Handphoneku kini tiap harinya selalu terpampang nama gadis berkulit langsat itu. Entah racun apa yang telah menyebar dalam aliran darahku. Mungkin racun para dewa Yunani, yang dibuat dari rempah langka, yang diperoleh melalui perhelatan mahadahsyat, dibuat oleh para penyihir ghaib nan murka. Yang jelas aku merasa nyaman dan ingin terus menjalin komunikasi dengannya.
“Kak, aku ingin sedikit bercerita, boleh kan?”
“Ya silakan saja... tidak ada yang melarang kok.”
“Ya barangkali Kakak tidak mau mendengar cerita yang kurang penting ini,” ujar Maya dilanjutkan juluran lidahnya.
Aku hanya tersenyum. Lalu mengajaknya duduk di bangku taman. Ia banyak bercerita, bercerita tentang beberapa anak laki-laki yang tak ada hentinya mengejarnya. Mereka tak pernah kehabisan asa untuk mendapatkan cinta gadis yang kini menganggapku kakak. Dan ia pun menceritakan satu sosok yang ia kagumi. Sayangnya ia tak mendapatkan respon balik dari Radithya Mahesa, ya itu nama anak laki-laki itu. Bertepuk sebelah tangan, mungkin. Tapi siapa yang tahu, mungkin di balik sikap dingin Radith ada nada-nada merah jambu yang ia sembunyikan pada Maya. Mungkin ia hanya berdrama dalam dunia yang terlalu rapuh ini. Lalu ia seolah di atas awan, menerima permohonan gadis suci yang tak berdaya dibuai angin cintanya, memohonan untuk bersanding di singgasananya yang berhias permata dari dasar samudera, samudera yang telah dijaga ribuan naga mitos. Lalu bosan, dan dengan seenaknya ia mencampakan cinta gadis itu. Ah, pikiranku mulai kotor, menerka-nerka tentang apa rencana yang disusun Radith. Begitulah seorang Rajesh Putra Adhyaksa, imajinasinya terlalu berlebihan, melampaui segenggam otak yang bersarang di kepalanya.
Berderet-deret hari sudah terlewati dari hari dimana matahari tak terlalu kejam menyengat kulit ari, awan yang berarak, daun kering yang mendesah, bangku yang tegar menahan beban dua manusia, dan sepasang mata yang terlumuri cermin. Kini Maya semakin membuka hatinya untukku, untuk kubaca bertumpuk cerita yang kian hari kian lusuh dan terlupakan. Ia semakin memercayaiku. Dan begitupun sebaliknya.
Kakak beradik itulah anggapan kami akan hubungan yang sedang kami jalani. Tapi mungkin bagi para penonton yang bersorak-sorai di sekitar panggung, ungkapan itu tak berlaku. Itu karena kami terlihat layaknya sepasang kekasih yang tak terpisahkan. Sepasang sandal, tinta - bolpoin, itu yang mereka gelarkan untuk kami. Kami hanya tersenyum menyambut ungkapan yang keluar dari bibir-bibir mereka.

Sayang, aku rindu kamu...
Apa di kehidupan mendatang kita akan bersatu?
Memadu cinta melampaui langit ketujuh
Berseri memandang pancaran air surga yang teramat sejuk
Putrimu...

SMS dari Maya membangunkanku dari mimpiku tentangnya. Kami memang sering mengisi SMS kami dengan puisi-puisi sepasang kekasih, tapi itu hanya sekadar gurauan belaka. Gurauan antara adik dan kakak. Entah setan apa yang telah merasuk dalam jiwa ini, ia menguasai pikiranku. Mengajak Maya masuk ke dalam dunia imajinasiku, imajinasi tentang pangeran dan putrinya yang sedang menjalin asmara.

Nyanyianmu membuatku bangkit dari mimpiku tentangmu, Sayang...
Di kehidupan mendatang?
Ya. Tentu kita akan bersatu kembali
Tapi sungguh, aku tak menggenggam surga untukmu
Aku hanya menggenggam dunia yang fana untukmu
Pangeranmu...

Tak apa... aku tak butuh surga itu
Aku... hanya butuh uluran tanganmu
Tuk berjanji setia berjalan melewati sungai kasih
Putrimu...

Ya Sayang... aku kan berjanji setia
Lanjutkan hidupku bersamamu
Cintaku kan ku benamkan dalam ruang kosong dalam hatimu
Ku kunci dengan sihir para dewa
Pangeranmu...

Hari ini aku berjanji padanya untuk bertemu di taman. Ada hal yang akan disampaikannya kepadaku, itu katanya. Maka bergegaslah aku menuju taman. Tapi hari ini nampak matahari tak bersahabat, ia muram, tak bersinar dengan ceria seperti hari terakhir kali aku dan Maya bertemu di taman tempo lalu. Bahkan para awan hitam muntab, berarak menuju taman, seperti para prajurit yang hendak menyerang benteng lawan.
Tak lama, aku telah berjumpa dengan Maya di sore yang semakin gelap ini.
“Ada apa tiba-tiba mengajak bertemu? Kangen ya?” tanyaku.
“Hemmm... mungkin. Tapi kelihatannya Kakak yang kangen tuh... mengaku sajalah...” ledek Maya padaku.
“Iya, Kakak kangen setan cantik yang satu ini... haha...”
Maya mencubit pipiku dengan gemas, lalu ia mulai mengajakku untuk duduk di bangku. Wajahnya yang tadi dihiasi senyum, kini mulai menampakkan keseriusan. Ia mulai bercerita tentang reuni kelas semasa SMA-nya pada 2 hari yang lalu. Wajahnya semakin muram saat ia menyebutkan satu nama. Radith, nama itu terlontar dari bibir mungilnya dengan sangat getir.
 “Radith sudah punya pacar, Kak...” lirihnya.
Bersamaan dengan kalimat yang membuat gadisku rapuh, muntahlah langit sore ini. Hujan mengguyur kami yang tak bersiap dengan hujamannya. Aku langsung mengajaknya untuk segera berteduh, tapi ajakan itu ditampiknya.
“Biarkan hujan ini melunturkan sedihku. Menyamarkan airmataku, dan membawanya ke dasar bumi. Biarkan aku disini, Kak.”
“Tapi...”
Telunjuknya yang lemah langsung menempel di bibirku, menahan kalimat yang hendak ku lontarkan. Matanya seperti hendak mengatakan “tolong jangan bicara lagi” saat menatap mataku. Tanpa aba-aba, tanpa ada kata, tubuh layunya mendekapku. Memelukku erat, hampir aku tak bisa bernafas dibuatnya. Tapi entah mengapa pelukan itu membuat darahku berdesir, jantungku berdegup tak keruan, hatiku berdebar tak keruan pula. Pikiranku melayang dibawa para peri kecil ke taman surga. Seolah ada ribuan cahaya menerpaku. Seolah ada pelangi tersenyum padaku.
“Rasa apa ini? Mungkinkah ini cinta? Tidak. Aku tak boleh mencintainya!” batinku.
Bibirnya seperti melafalkan beberapa rangkai kata saat wajahnya berhadapan dengan wajahku, teramat lemah nadanya. Hingga tak terdengar sedikitpun. Mungkin karena hujan yang terlalu deras, atau mungkin karena telingaku yang berkurang kepekaannya karena pelukan ini. Ia mencoba mengatakannya berkali-kali, tapi hasilnya nihil. Aku sama sekali tak dapat mengeja untaian kata yang dibawakannya, dan ia pun semakin lemah.
Kini ia memelukku kembali, semakin erat, semakin mesra. Dan aku kini mengimbangi pelukannya. Pelukan yang nyaman, pelukan yang menghangatkan dua tubuh ini. Pelukan di bawah dinginnya hujan yang menerkam. Diiringi angin yang menggetarkan raga. Dinaungi langit yang kian mencekam. Harmoni kasih dalam selimut murka. Indah untuk hati pemuda yang kesepian ini.
“Tuhan, tolong jangan biarkan aku mencintai adikku ini...”



Bisa juga dilihat di sini

Hanya semalam

0 komentar
Anggap saja angin lalu.
Mungkin seiring waktu deretan kata itu menguap.
Takkan pernah membatu.

Lembar putih memang telah abu.
Tak mungkin putih kembali.

Betapa tak bergunanya kejujuran-kejujuran itu.
Hanya semerbak semalam.
Layaknya epiphyllum anguliger.


22:07
07/05/11

Siluet Malam

0 komentar
Dentuman di langit kamar menghentak jantungku.
Membelah hening yang telah terangkai.

Getir akan siluet-siluet malam mulai merasuk.
Menjelma.
Mengoyak semesta.

Perlahan menjadi realita.
Langkahnya semakin gontai.

Tegak, tersenyum pada realita.
Terbaring, mengeluh pada imaji.

Keluhnya mungkin telah menyesak dalam ruang sempit yang terkotak-kotaki.
Hingga kini ruang itu seakan menjauh.

Lalu menghilang dalam kabut pagi.
Hanya imaji yang tersisa.
Kini.

22:30
03/05/11

Menjauh

0 komentar
Aku merasa kau mengiyakan persepsi mereka
Walau kau sembunyikan itu di setiap katamu
Aku melihatnya dari sikapmu
Yang seakan menjauh


09:24
30/04/11

#mimpi

0 komentar
Abaikan saja aku
Biar semua sempurna

Terasa lembut memang deru angin itu
Terasa segar memang pancaran air itu
Membuatku terlelap dalam panasnya surya
Membuatku terjaga dalam dinginnya bulan

Anggaplah aku serpihan lalu
Yang tak layak disimpan dalam bingkai

Mimpi itu semakin menjadi
Terealisasi dalam kata maupun langkah
Akankah menjadi semakin nyata dan sempurna mimpi itu

Dijauhi . . .
Dikucilkan . . .
Ditiadakan . . .

Teruskan saja langkah kalian . . .


09:11
30/04/11

Bila esok tiba

0 komentar
Berbaris, tersenyum
Dalam benak usangku

Dinding telah rapuh menahannya
Mungkin telah tak sanggup lagi terisi janji

Ku akui, aku bukan orang yang mampu bersabar
Sabar dengan segala imajiku
Dan waktu telah merayap terlalu lama
Pecah, semua hanya bisa tuk dikenang

Apa yang kan terjadi bila esok tiba?
Apa aku akan menjadi seorang pantomimer
Atau hanya menjadi seorang dubber


-lebay-
18:47
02/03/11

Cermin

0 komentar
Diam, memantulkan kepasrahan.
Mengabdi pada tiap manusia.
Tak ada hentinya manusia berdiri di depannya.
Hilang, lalu berganti.
Berulang seperti itu.

Di depannya para manusia bagaikan seorang stylish handal.
Menata rambut dengan sesukanya.
Di depannya para manusia bagaikan seorang model profesional.
Berekspresi, dengan bermacam raut wajah.


-cermin SMK Pariwisata-
10:04
31/03/11

Penghujung Maret

0 komentar
Rasanya semua berjalan hampa.
Tak lagi seperti potret dulu.
Penghujung Maret yang mendung.
Menyerap hingga ke jiwa.

Tak cerah tapi memanas.
Nampak diam tapi bergejolak.
Secuil senandung melintas di udara.
Tak jelas namun bernada.

Hilir mudik melangkah gontai.
Hanya sebuah pengisi waktu kosong.
Melirik, bermain mata.
Hanya bisu yang menyahut diantara kami.



09:33
31/03/11

Bidadari

0 komentar
Bidadari bersayap!
Kata yang terlontar menyusul gerak mataku.
Putih, kesan suci terpancar darinya.
Ditambah cahya mentari yang gagah.
Sayang aku tak bisa memandangnya lebih lama.
Dia tak lagi menempati ruang pandanganku.


-Awan mirip bidadari bersayap.
Mundu-
10:30
24/03/11

Comicus24 (pencarian nama)

0 komentar
-hRu-
Maret'2011


Ini adalah kisah lahirnya nama Comicus24 di alam semesta. Dahulu kala di sebuah desa terdapat sebuah rumah sederhana bercat kuning. Di rumah itu tinggallah seorang bapak, seorang ibu, seorang kakak perempuan, dan seorang adik laki-laki.
"auuuuuuuuw....."
Di antara lolongan serigala yang hendak kawin, yang menyeruak di malam yang cerah dengan cahaya bulan. Aku, anak laki-laki penghuni rumah bercat kuning....
"Stop.. stop...!! Heru, pliss deh.. koq ceritanya jadi kaya dongeng gitu sih, pake dahulu kala segala?" ujar salah satu pembaca.
"Hahah... maklum baru rampung baca dongeng pratidur," jawab pemuda kurus ini.
"Ikh, dasar..."
"Tak lanjut yoo... selamat membaca!"

Rabu malam, seperti biasa, aku duduk manis .. ^_^ .. di depan TV, niatnya hendak menonton acara Dua Dunia. Baru niatnya lhoo...

Masih duduk manis, aku baru ingat sesuatu yang aku lupakan. Ya, PR dari orang yang amat sangat tidak penting ..peace v--.. Meidi Pramudia, ketua mahasiswa kelas kami, yang nantinya menjadi presiden Comicus24. Dipikir-pikir wajahnya juga mendukung menjadi presiden Comicus24, secara dia muka komik.
"Heft, koq jadi bahas dia ya? Yaudah, balik lagi ke lap...?"

Hening.

"Jawab donk.. jawab sih.. ayo donk.. ayo sih.."
"TOP!! LANJUT!!!" jawab salah satu pembaca dengan muka rajungan rebus.
"Hehe..."

PR dari Sang KM yang gelap ialah membuat paling sedikit satu nama yang nantinya dipakai selama 3 - 3,5 tahun ke depan sebagai nama kelas kami. Aku amat sangat lupa tadi, hingga belum satu pun ku rancang calon nama kelasku.

Detik demi detik beralun, beranjak, berlari meninggalkan pukul 22:57, belum satu nama pun terjerat di jaring-jaring otakku. Putus asa kah? Oowh.. tidak bisa...

Aku melanjutkan beberapa rangkai huruf, ku susun, ku timang dalam sunyi, suara TV pun kini tak terdengar lagi. Aku telah berimigrasi ke kamar, gelap, sendiri. Niatan menonton acara horor tersingkirkan dari benakku, terganti kata-kata Universitas, Unswagati, matematika, kelas 1C, aneh, curiga, manis, lucu (itu aku), pintar, cenat-cenut, dan masih banyak lagi kata yang bertebaran saat itu. Dalam bekapan malam, dinding-dinding berbisik, cermin-cermin bernyanyi, langit-langit bersorak, mereka semua mendukungku yang masih memutar otak meski mata berusaha terpejam. GeeR..

Dan.. TARRAAA!!! Aku dapat dua kata! \(^.^)/
Mau tahu? Kasih tahu gak yaa? (--.")
Karena aku baik, jadi aku kasih tahu ajah deh.
Kata pertama, COMIC, Community Mathematic C. Kata kedua, Mac-U, Mathematic C Unswagati. Bahagia tak terkira, walau hanya dua kata yang berhasil ku rangkai. Tapi percayalah kawan, nama ciptaanku kelak kan jadi pemenang (kedua tangan mengepal, tanda bersemangat). Ku tulis nama itu dalam handphone Sony Ericssonku, lalu ku lihat jam yang tertera, tepat pukul 00:05! wedew.. -___- Saatnya tidur... Gubrrraak... zzZ..zzZ...

******************


"Ruu... bangun," terdengar suara lembut dari balik pintu. Tak ada jawaban.
"Heru!" suara naik 1 oktaf.
"Iya, saya!" kini ada jawaban, tapi hanya dalam mimpi. Hee..

Kini bukan lagi suara, tapi tepukan mendarat di bahu pemuda yang tidur layaknya orang pingsan ini. Berhasil. Tepukan ibu setengah baya itu bagaikan tepukan Sang Master Hiptonis, Romy Rafael, tepukannya berhasil menyadarkan menyadarkan manusia pemalas ini.

Pukul 05:09, aku terperanjat, bangun, lalu pergi mengambil wudhu, sholat, lalu tidur lagi.
"(bletaaakk!!) Dasar pemalas!!" bentak pembaca sambil menjitak.
"Hehe..." ujar aku sambil tersenyum pahit.

Ku amati kata COMIC dan Mac-U-ku, tersenyum menatap mereka penuh cinta. Imaji-imaji terpancar dari sudut tiap lekuk tubuh mereka. Jingga pagi temani kisah cintaku bersama mereka, kisah cinta segitiga.
"Cinta segitiga oh indahnya.. Cinta segitiga buatku melayang.. Walau segitiga akan slalu ku kenang tuk slama-lamanya..." terdengar suara tokoh imaji seorang jenius, Ikin Sodikin, yang membawakannya dengan nada lagu Cinta Satu Malam.
"Ahaa!! Aku punya ide baru!!"
Pukul 05:37, COMIC dan Mac-U bermetamorf. COMIC bermetamorf menjadi Comicus24, yang mempunyai kepanjangan Community Mathematic C Unswagati, dan 24-nya ialah jumlah penghuni kelas yang mau tak mau harus bertahan dengan semua kegilaan penghuni lainnya. Sedangkan Mac-U bermetamorf menjadi Mic-U, kepanjangannya masih sama dengan yang semalam, hanya saja "a" change player dengan "i".

Sekitar pukul 10 siang, aku tak tahu tepatnya. Sahabatku, Nur Muchamad, mengirimkan SMS padaku.

fkip C-Nur 3 : a... de pake kemeja dari a hari ini. ^_^
1CM.Heru C. : oyah? udah berangkat?
fkip C-Nur 3 : iya. blum, masih di luar.
1CM.Heru C : maksudnyeu?
fkip C-Nur 3 : masih jalan"...
1CM.Heru C : ohoh... ^_^
fkip C-Nur 3 : Yep! ^_^

(Isi karakter SMS ini banyak terselip rekasaya, itu dikarenakan aku lupa tidak men-save SMSnya, tidak ada plan untuk ini. T.T)

Aku pun segera bergegas menyiapkan kemeja yang sama dengan Nur, kemeja kado ulangtahunku untuknya, hanya gradasi warnanya saja yang membedakan. Tidak menyita banyak waktu, kini aku sudah siap dengan kostumku menuju kampus Unswagati kami yang tersayang. (¬_¬")

Setelah mata kuliah Fisika Dasar II yang dibawakan Bapak Hadi Pramono, Drs. yang menurut Widyana Shelviera beserta genk adalah mata kuliah yang menegangkan.
"Termasuk kamu juga gak, Ru?"
"Hemmm... begitulah," jawabku sambil mengadukan kedua jari telunjuk, layaknya anak kecil yang imut.

Bos item, yang biasa ku panggil "um", KM kami. Ia mengawali diskusi tentang nama kelas. Tentunya setelah diingatkan oleh Dady Rukmana, yang memiliki sidejob sebagai operator warnet depan jalan menuju Buntet Pesantren, sekolah tempat Iis Ismail mengunduh ilmu semasa SMA.

Para calon nama kelas berderet-deret masuk, layaknya hendak mengantri BLT di kantor pos. Satu, dua, tiga, empat, sampai tiga puluh dua nama telah terabsen di papan putih yang bertengger di hadapan kami. Lian Yustriatin, juru tulis kelas kami mengurutkan nama Comicus24 pada urutan 1, Mic-U pada urutan 2, disusul C-Clon ciptaan Mail pada urutan 3, urutan 4 dan seterusnya ialah ACC, C3, VOC_C, ∆ Hc, Cup cake, coconut. Nama itu tidak berurutan dan tidak lengkap, kawan. Lagi-lagi itu dikarenakan aku tidak hafal semuanya dan tidak mencatatnya.

Layaknya ajang pencarian bakak di stasiun TV, proses pengeliminasian berlaku disini. Satu persatu nama berguguran, terserap ke dalam hitamnya kain penhapus berplastik biru itu. 5 nama tersisa, Comicus24, Mic-U, C-Clon, ACC, Delta Hc.

Wajah Yopi Rudianto memerah, entah sedih atau marah, ketika nama ∆ Hc gugur dalam medan perang. Posisi urutan 25, nomor yang bersesuaian dengan tanggal lahirnya, harus tereliminasi. Tidak bisa ia yakinkan semua manusia yang menyesaki ruang 1.01 saat itu dengan argumennya untuk tidak menghapus hasil pikirannya. Musnah.

ACC, Asosiasi Class C, ciptaan Musyarofah, mengikuti jejak para pendahulunya, terhapus, gugur. Tapi saking mempesonanya nama ACC, walau telah terhapus dari papan yang masih pasrah tergantung di depan kami. Nama itu masih saja menjadi pilihan seorang Lulu Kamilah, ia bersikukuh meyakinkan sang KM. Tapi semua sia-sia.

Tiga kandidat kini terpampang sombong di depan kami, terbahak jahat pada pesaingnya yang telah gugur. Kamis, pukul 15:46, Maret hari ke-17 di tahun 2011, terpilihlah satu nama dalam perhelatan sengit papan putih 1.01. Comicus24 kini resmi menjadi nama kelas kami, para mahasiswa-mahasiswi aneh, lucu, pintar, konyol, hitam, putih, gemuk, kurus, bantet, tinggi, pendek, daann... emm.. apalagi yaa? Sepertinya masih banyak yang mungkin tidak bisa disebutkan deh. Hahah... :p

"Ya, silakan pulang!" ujar Meidi.
"Yang bener sih, Mei...?" tanya semuanya hampir berestafet.
"Mei, yang bener? Mau pulang nih, mau nonton film Korea," tanya Ghia Mugia Wilujeng yang didukung cs-nya, Nina Ariani Juarna.
"Bener. Ibunya gak bakal masuk, sayanya lagi nungguin laptop, jadi belum pulang, " jawab Meidi meyakinkan, yang berdiri menunggu laptopnya yang disita Yopi untuk mendownload OST. Initial D. Gratiss.
Gerombol pergerombol anak manusia yang tadi menyesaki ruang 1.01 mulai menghilang, meninggalkan bangku yang tak tersusun rapi, goresan tinta di papan putih, kilau keramik yang mulai kusam bersama kampus biru yang mulai sunyi.

Aku tersenyum simpul, sedikit bahagia dalam pengapnya elf hijau yang serta merta membawaku masuk ke alam imajiku. Menulis rentetan kata yang bermain disekitar halaman imaji, berkisah tentang Comicus24, kisah yang kini habis kalian baca, kawan.

2 kakek dan 1 nenek

0 komentar
Senyumku terlempar jauh
Ketika ku lihat 2 kakek dan 1 nenek

Meski usia telah menggerogoti raga mereka
Mereka tetap bersemangat
Membawa 6 karung kapuk
Logat khas Cirebon lekat di setiap kata yang mereka ucap

Kerutan kini nampak jelas di seluruh wajah mereka
Bahkan telah menjelajah ke seluruh tubuh mereka
Menjadi saksi betapa keras kehidupan ini

Mereka yang sudah tua saja masih berjuang
Aku yang masih muda
Apa yang sudah aku kerjakan?


09:45
25/03/11

Kemana wajah lucumu?

0 komentar
Hei, kawan.
Kau kenapa?
Kemana wajah lucumu?
Tak biasanya wajahmu muram seperti itu
Bahkan 10 hari yang lalu, ku lihat keceriaan menamparmu
Tapi kenapa sekarang sedih seperti menggelayutimu?

Kawan, jika kau mau
Kau bisa luapkan gundahmu
Ku kan setia mendengarmu


-pemuda operator warnet-
10:51
26/03/11

amarah #2

0 komentar
Kawan, aku ingin bercerita.
Tapi...
Mungkin takkan peduli untuk saat ini
Ya, takkan peduli.
Bukankah itu keinginanku semalam?
Jadi, ku putuskan ku bercerita pada selembar kertas, lagi.

Broken home?
Apa yang terlintas dalam benakmu ketika mendengar kata itu?

Tetes airmata ini tak cukup tuk menghapus kata itu
Bahkan darah pun ku rasa tak cukup
Apa keanehan demi keanehanku disebabkan oleh kata itu?
Aku butuh kasih, perhatian yang nampak
Bukan imaji!

Mengapa saat ini seisi rumah yang ada hanya amarah?
Apa karna cuaca?
Apa karna tetangga?
Atau memang karna jiwa?

Masalah kecil pun disulap menjadi besar
Dan akhirnya perseteruan pun tak terhindarkan

Aaaargh!!!
Bodoh.. bodoh!!!
Mungkin semua ini hanya ilusi


14:14
20/03/11

amarah #1

0 komentar
Pecahan kaca yang berserak di lantai kuning pias
Garis sayat lintang kecil
Hanya mozaik kecil dari murka hari ini

Tak tertahan, sungguh...
Aku tak bisa menahan ini
Ingin segera ku habiskan bergalon-galon airmata ini

Rupanya amarah telah memegang komando
Membayangi 3 anak manusia ini
Kalut di hari yang semestinya indah

Adakah tempat ku curahkan semua ini?
Selain selembar kertas kumal dan Tuhan, tentunya?

Sungguh ku tak bisa menahan...


13:06
18/03/11

18 Maret #2

0 komentar
Cantiknya sang ratu malamku
Bulat penuh
Terang berkilau
Indah berseri

Damai melihatmu senantiasa tersenyum
Latar abu tak ada lagi
Tak ternoda secuil pun

Gemintang bertabur acak
Namun asri
Layak mozaik pengindah kanvas

Purnama 13
Kisah klasik semesta malam
Riangkan alam
Bermadu nada

Purnama 13
Kau tahu yang ku rasa bukan?
Kau coba hibur aku

18:58
18/03/11

18 Maret #1

0 komentar
Rona jingga masih terpampang
Meliuk manja seantero langit
Berpadu biru

Penguasa siang masih bersikukuh
Menempati singgasana hari
Gagah berkharisma

Tapi rembulan telah tak sabar
Ini malam impiannya
Malam masa jayanya
Malam purnama 13

Dengan lembutnya
Rembulan bersanding surya
Surya yang tak kunjung hengkang

Adakah persaingan diantara mereka?
Rembulan, Surya, dan Mega

Ku rasa tidak
Mereka saling melengkapi
Saling mengindahkan senja 18 Maret

17:52
18/03/11

hujan #4

0 komentar
Mulanya kau malu
Hanya sedikit kau menampakkan parasmu
Itu pun sekilas, tak lebih

Lambat laun ku ajak kau tersenyum
Lagi, dan lagi
Ku tersenyum untukmu meski tiada balas
Enggankah engkau sedetik saja membagi senyummu?

Dibantu sang waktu yang setia
Kini engkau mulai luluh akan senyumku yang tak manis
Malah engkau yang menggodaku saat ini

Aku tertahan karenamu
Aku tak mungkin pergi sebelum engkau sirna dari pandanganku
Karena aku yang berharap akan hadirmu disini
Cantik, akankah kau terus menahanku disini?

-perjalanan Harjamukti-Kampus-
14:39
10/03/11

perjalanan #1

0 komentar
Mikron-mikron sinar meresap menyengati kulit
Bermilyar toksin menyebar berdampingan bersama oksigen
Aroma timbunan organik menusuk sang pencium
Robot-robot jalanan hilir mudik secepat flash
Dentuman, gesekan melatari musik pagi
Aku cukup tersenyum dan terus berjalan
Meski mungkin nyawaku terancam


-perjalanan Harjamukti-Kampus-
08:14
07/03/11

diam

0 komentar
Meniti dalam diam
Rasa yang mungkin kini tenggelam
Menyeruak dalam gemuruh kelam

Rona mentari alirkan sepi
Menggubah tema dalam mimpi
Serukan tanda realitas imaji


07/03/11

minggu pagi #1

0 komentar
Abu berbaur jingga
Terlukis kupu-kupu cantik yang terdiam
Tersamar gagahnya Ciremai yang membisu
Di muka sang langit yang mungkin tak ceria

Hijau berbaur kuning
Terhampar padi
Mengepal mandat sebagai permadani bumi

Tebu kokoh dengan angkuh
Tegak, menengadah
Cantik, si putri malu malu dirayu angin

Lantunan tak seirama para burung
Mengisi rongga pagi

05:41
06/03/11

langit #1

0 komentar
Langit, indah dirimu.
Ditaburi awan-awan jingga. Mmesona.
Semilir angin menambah mesra pertemuan kita.

Langit, walau kamu tak berbintang.
Kamu tetap cantik, sayang.


-langit malam unswagati-
19:58
28/02/11

hujan #3

0 komentar
Ku tersenyum saat rintik hujan menerpaku.
Seolah semua beban luntur dibuatnya.

Tapi rintik membawa koloninya lebih banyak.
Ku tak sanggup bila harus menarikan tarian gigi lagi.
Merasakan seolah hendak membeku.
Berteduh, pikirku.

Kala rintik kembali menyapaku.
Membuka celah tabir hujan.
Ku berlari.
Berkawankan anak-anak yang bermain bola.
Menyusuri jalan.
Menularlah padaku, atmosfer bahagia.
Setidaknya untuk saat itu.

16:44
26/02/11

hujan #2

0 komentar
Melati,
Engkau masih saja cantik,
Meski kuyu dicerca hujan.

Pohon mangga,
Engkau masih saja kokoh melindungi rakyatmu,
Meski dihantam komplotan angin dan hujan.

Bunga desember,
Engkau masih saja tersenyum,
Meski kini bukan masa jayamu.

Bisakah aku seperti mereka?
Kurasa bisa. :)

18:10
23/02/11

hujan #1

0 komentar
Gemericik hujan memenuhi isi ruang waktu,
Tanpa penerangan ku tepekur,
Kenapa ku begini?
Seolah semua kontra padaku,
Cermin mengkhianatiku,
Dipan dan lemari sepakat menjauhiku,
Buku-buku curiga akan lirikanku.

Aku masih saja bodoh dengan semua pikiranku,
Gema gemuruh sontak membuyarkannya,
Membuka pintu akan realita.

17:52
23/02/11

memori

0 komentar
Gelap ini sedikit demi sedikit merayuku..
Tuk menampilkan beberapa memori..
Memori yang tak ingin kuingat sebenarnya..
Adegan per adegan terpapar jelas..
Dialognya seakan nyata..
Tak terasa, airmata ini mengalir begitu saja.. dengan sedikit senyuman..

21:56
12/02/11

jangan ada tangis

0 komentar
Berhari-hari bahkan berminggu.
Ku rumuskan ini semua.
Bak mengurai benang yang telah lama kusut.
Walau ku telah temukan ujungnya.
Tapi ku bingung cara mengurainya.

Ayolah.. jangan anggap kelabu ini ada padamu.
Semua kesalahan ada padaku.
Semua keburukan itu ada padaku.

Ku yakin ada yang jauh lebih baik dari aku.
Aku yang hina.

Jangan anggap semua cerita telah berakhir.
Masih ada cerita lain menunggumu.

Ku mohon, jangan ada tangis lagi.
Karena ada menerima berarti ada melepas.


11:22
16/01/11

cerita sahabat

0 komentar
Kau ingatkan aku.
Bubuhi senyum di hariku.
Dan aku terlelap.
Lalu jatuh hati padamu.
Mawar yang telah mekar ingin ku persembahkan untukmu.
Tapi bodohnya aku.
Caraku salah.
Sehingga kau terluka oleh duri mawarku.

Kini gunung es-ku hampir mencair.
Saharaku terteduhi.
Jalanku kau terangi.

Tapi apa yang ku perbuat?
Bodoh!
Hanya melukaimu.
Maaf, Saudaraku. :(

09:05
15/01/11
Sendiri. Lantai 3 Unswagati. Menatap Sekitar.

Gemawan yang beriak

0 komentar
Awan gemawan hitam beriak bak domba yang terusir dari padang rumput
Desah lembut angin menyentuh pepohonan
Bercengkrama dengan beberapa burung gereja

Kawan,
Kau dan mereka tertawa, bercerita 1 sama lain
Dan kau
Ternyata kau tak mengerti
Kukira kau paham akan gerakku
akan opera yang ada di jiwaku

Ku ingin kau rangkul aku
Lalu lelap dalam naunganmu
Kawan

16:51
05/01/11
Lantai 3 Unswagati

apa kamu tahu?

0 komentar
Kamu tak tahu, sesungguhnya diantara tawaku untuk mereka, ada sedihku untukmu.

Kamu tak tahu, saatku menjauh darimu, kehilangan itu semakin mewabah.

19:20
01/02/11

Si Kura #2

0 komentar
Kawan, bukalah jendela matamu
Tuk sekilas melihat goresanku

Kawan, tarikanlah lidahmu
Tuk sekadar lantunkan simfoniku

Kawan, pasanglah telingamu
Tuk sekejap dengarkan senandungku

Kawan, lenturkanlah tubuhmu
Tuk sedikit mainkan dramaku

Kawan, lembutkanlah hatimu
Tuk sejenak rasakan rasaku

Sajakku meski tak sebening embun
Meski tak seindah pelangi
Meski tak selembut salju
Meski tak semegah angkasa
Meski tak seistimewa mahakarya sang maestro

Biarkanlah sang kura-kura ini bersajak

07/03/11

Si Kura #1

0 komentar
Kura-kura berlari
Mengejar ujung dalam dimensi yang tak berujung
Mengharap sinar yang tak pernah pudar

Kura-kura berlari
Mencoba tertawa
Diantara nafas yang tersengal-sengal
Dada ini seakan dihantam ribuan ton pasak
Seolah hanya secuil oksigen di bumi

Kura-kura kini tersenyum
Walau skenario mungkin tak indah
Namun kura-kura ini yakin dengan jiwa yang penuh
Pasti bahagia kan menemani

Kura-kura ini brlari
Walau bukan makhluk pelari

05:24
06/03/11

Wajah di balik jendela

0 komentar
Nampak seraut wajah nan indah
Tersamar di balik jendela
Menatap langit penuh mesra

Bingkai kayu yang tua renta
Tirai hujan di pagi keseribu
Temani gadis bermata sendu
Merindu akan kekasih hati

Lengkung senyum manisnya
Menghantarkan jiwa pada momen cinta kasih
Walau kini jarak membentang
Rindu akan tetap merindu

Dermaga biru
Saksi terakhir perjumpaan mereka
Melepas pria yang berjanji, "Aku akan kembali menemuimu disini, 5 tahun lagi."
Tuk diterkam ombak dan diserahkan pada negeri jiran

Surat beramplop merah
Yang terkulai dalam kotak kecil berdebu
Cincin bermata intan
Yang melingkar manja di jari manis sang gadis
Menjadi saksi betapa setia Rindu menanti


06:56
15/03/11

Bolehkah aku rindu padanya?

0 komentar
Desah hujan membisik diantara celah
Merayapi dinding yang nampak kusam
Melafalkan rindu yang mendalam
Tuk jiwa yang hendak tenggelam

Syair tak kunjung usai
Kala raga terbujur hampa
Kala mata berpeluh rindu

"Aku rindu... aku rindu..." batinku berdendang

"Aku memang bukan pujaannya!" otakku menghentak

Gemuruh menghardikku
Menyiutkan tulang berbalut daging ini

Rindu tak kunjung juga menyerah
Ia masih mengetuk dan berdiri di muka pintu
Menunggu sang tuan rumah menyambut

Senyum kecut tersamar dalam bias bayangku
Membual dalam dimensi tak bertuan
Menyeringai aku yang haus kasih

Apa yang aku perbuat?
Menjejali diri dalam momen yang kelam

Rindu?
Bolehkah aku rindu padanya?


18:56
14/03/11

Mimpi akan rindu

0 komentar
Aku bermimpi, absurd. Kurasa semua orang pun tahu hal itu.

Sebuah kelas Sekolah Menengah Pertama terpampang di mukaku.
Tak banyak tingkah, secepat angin, kini ku berkawan seorang siswa disana.

Tersenyum, menatapku penuh arti.
"Kenapa Dik, sakit?" tanyaku melihat mata suci terbasuh airmata.

"Aku kangen orang tuaku, Kak. Kedua orang tuaku tak ada, mereka membiarkan aku dibesarkan dunia, seorang diri."

"Memang mereka kemana?"

"Mereka... hemm... mungkin berada di surga, menantiku." ucap anak laki-laki yang ku tahu ia menyimpan pedih di balik senyum getirnya.

"Adik kelas berapa?"

"Kelas 15."

Angka 15, sontak mengagetkanku. Menyadarkanku dari mimpi tentang seorang anak yang rindu orang tuanya.

19:27
14/03/11